Tuesday, 14 March 2017

Saat Menunda Menjadi Kebiasaan, apa Solusinya? yuk read!!!

Menunda mungkin memang bukan sebuah dosa atau sesuatu yang sangat memalukan dan membuat hidup kita tercela di mata orang lain. Namun, jika kita selalu melakukannya dan mengulanginya kembali dengan baik, maka ini bisa menjadi sebuah kebiasaan buruk yang akan sangat sulit untuk dihilangkan dari dalam diri kita, meskipun kita sangat berharap untuk bisa mengubahnya.
Menunda pekerjaan serta berbagai hal lainnya di dalam kehidupan kita adalah sebuah hal yang sangat sering kita lakukan, bahkan meski itu seringkali menimbulkan berbagai masalah bagi diri kita sendiri. Kita begitu senang melakukan hal ini, mengulangnya lagi, dan melakukannya kembali, sehingga kebiasaan ini bisa saja menjadi bagian dari diri kita dan bahkan menjadi karakter yang melekat sedemikian rupa. Ini bukanlah sebuah kebiasaan yang baik, bahkan meski hanya terjadi sesekali saja, kebiasaan ini akan sangat merugikan diri kita sendiri.
Menundah Sebagai Hambatan bagi masa depan
Kebiasaan menunda – nunda pekerjaan tentu menjadi hal yang cukup merepotkan, terutama jika ternyata kita memiliki kebiasaan untuk menyelesaikan segala sesuatunya di saat-saat terakhir. Bayangkan, bagaimana sebuah pekerjaan harus diselesaikan dalam waktu yang mendesak dan terburu-buru, sudah tentu hasilnya tidak akan sempurna dan mungkin saja memiliki banyak kekurangan. Ini tentu sangat merugikan, bukan?
Jika kita membiarkan kebiasaan ini selalu terjadi di dalam kehidupan kita, maka akan ada banyak sekali kesempatan baik yang terbuang dengan percuma. Bila menjadi seorang pebisnis yang suka menunda – nunda pekerjaan, maka bisa dipastikan sejumlah peluang bisnis akan terlewatkan dengan sia-sia akibat kebiasaan menunda – nunda. Di saat orang lain telah selesai mempresentasikan bisnisnya, kita baru saja akan menyusun bahan untuk kegiatan tersebut di dalam bisnis kita. Sudah bisa dipastikan, kita akan terpuruk dan tertinggal jauh di belakang pesaing-pesaing lainnya.
Bahkan meski hanya menjadi seorang pekerja kantoran sekalipun, kebiasaan menunda ini akan menjadi sebuah hambatan besar di dalam karir kita. Perusahaan akan selalu melihat ketangkasan dan juga kecerdasan seseorang yang akan mereka promosikan, bukan seseorang yang selalu keteteran dengan sejumlah jadwal dan juga pekerjaan yang tertunda. Kesempatan untuk memiliki karir yang cemerlang, akan menjadi sebuah hal yang “mustahil” jika kita memiliki kebiasaan menunda – nunda pekerjaan.
Berubah untuk masa depan yang lebih cerah
Meninggalkan sebuah kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan, tentu bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan niat dan juga kerja keras untuk bisa mengubah kebiasaan menunda – nunda yang kita miliki. Mulailah menghargai setiap waktu yang kita miliki, sehingga kita bisa menggunakannya untuk berbagai hal yang berguna di dalam kehidupan kita. Miliki motivasi yang kuat untuk berubah, sebab jika tidak sekarang, kapan lagi kita akan melakukannya?
Jangan malas untuk mendisiplinkan diri, meskipun ini akan terasa sangat sulit untuk dilakukan. Dengan disiplin yang tinggi di dalam diri kita sendiri, maka kebiasaan menunda – nunda yang kita lakukan selama ini perlahan akan hilang dan tergantikan dengan kebiasaan disiplin dan tepat waktu. Kita akan terbiasa dengan kehidupan yang lebih teratur dan terjadwal, sehingga berbagai urusan dan pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Cintai pekerjaan yang kita miliki saat ini, sehingga kita akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar serta keinginan untuk berhasil di bidang tersebut. Jika kita memiliki keinginan untuk maju dan berhasil di masa depan, maka lakukan hal tersebut dari sekarang, berhentilah menunda – nunda pekerjaan dan juga kesuksesan.


Friday, 20 January 2017

Cerita Insfiratif Semua Tentang Harapan

Ada 4 lilin yang menyala, Sedikit demi sedikit habis meleleh.
Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka
Yang pertama berkata: “Aku adalah Damai.” “Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!” Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
Yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.” “Sayang aku tak berguna lagi.” “Manusia tak mau mengenalku, untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara: “Aku adalah Cinta.” “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.” “Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.” “Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.
Tanpa terduga…
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Ekh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:
Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:
“Akulah HARAPAN.”
Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita….dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!


Makna yang terkadung pada Bunga Mawar

Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, “Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini.”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.
Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.
Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat “duri” yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami” hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.
Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.
Jika kita bisa menemukan “mawar-mawar” indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan
merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan keruwetan hati. Mari, kita temukan “mawar-mawar” ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.
Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.